Pancasila Dasar Nilai Pengetahuan Ilmu

Pengaruh Perkembangan IPTEK yang Tidak Sesuai dengan Nilai-Nilai Pancasila

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini memberikan pengaruh signifikan pada semua aspek kehidupan manusia. Dalam pengembangan iptek tersebut terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila mulai dari nilai-nilai dari sila pertama sampai sila kelima.

Sila pertama Pancasila memiliki makna bahwa sebagai warga negara Indonesia, kita harus mempercayai adanya Tuhan. Contoh pengaruh negatif perkembangan iptek yang tidak sesuai dengan nilai sila "Ketuhanan yang Maha Esa" seperti adanya kebebasan adanya kebebasan dalam memeluk agama seiring dengan kemajuan jaman banyak bermunculan berbagai macam bentuk aliran-aliran yang muncul di Indonesia yang bertentangan dengan sila ini. Aliran yang bertentangan ini seperti ateisme yang mewajibkan pemeluknya tidak mempercayai tuhan dan mengartikan bahwa kehidupan itu ditentukan oleh hukum-hukum dalam kehidupan tertentu yang dibuat oleh manusia. Aliran ini tentu menganggap bahwa agama menjadi penghalang dalam perkembangan iptek.

Sila kedua Pancasila memiliki makna bahwa manusia harus menghargai persamaan hak dan kewajiban antar sesama manusia tanpa terkecuali. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab memberikan dasar-dasar moralitas bahwa manusia dalam pengembangan iptek haruslah bersifat beradab, iptek adalah hasil budaya manusia yang beradab dan bermoral. Contoh nilai iptek yang tidak sesuai dengan sila ini seperti munculnya nilai negatif yang mempengaruhi moralitas tidak beradab dan tidak beretika seperti melakukan hal kesusilaan perzinahan, pornografi dan lain sebagainya.

Sila ketiga Pancasila memiliki makna bahwa negara Indonesia merupakan sebuah Negara Kesatuan yang terdiri dari berbagai suku, bangsa. Sila persatuan Indonesia, menggabungkan semua hal yang bersifat universal dan nilai-nilai sila Pancasila yang lain. Pengembangan iptek diarahkan demi kesejahteraan umat manusia termasuk didalamnya kesejahtraan bangsa indonesia. Pengembangan ipteks hendaknya dapat mengembangkan rasa nasioanisme. Contoh nilai iptek yang tidak sesuai adalah lebih mencintai produk luar negeri dibandingkan dengan produk salam negeri.

Sila keempat Pancasila, Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan / Perwakilan, mendasari pengembangan iptek secara demokratis. Artinya setiap ilmuan haruslah memiliki kebebasan untuk mengembangkan iptek. Selain itu dalam pengembangan iptek setiap ilmuan juga harus menghormati dan menghargai kebebasan orang lain dan harus memiliki sikap yang terbuka artinya terbuka untuk dikritik, dikaji ulang maupun di bandingkan dengan penemuan teori lainnya. Contoh nilai yang tidak sesuai adalah tidak memiliki sikap terbuka terhadap kritikan, seperti orang-orang yang berkuasa memiliki sifat antikritik.

Sila kelima Pancasila,  Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, mengkomplementasikan pengembangan Iptek haruslah menjaga keseimbangan keadilan dalam hubungannya dengan dirinya sendiri, manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia lain, manusia dengan masyarakat bangsa dan negara serta manusia dengan alam lingkungannya. Contoh nilai yang tidak sesuai adalah memikirkan keseimbangan bersama dalam keadilan dalam kehidupan maksudnya disini mempunyai sikap sosial yang tinggi tidak hanya mikirkan dirinya sendiri menghilangkan sikap yang merugikan orang banyak. Misalkan dalam kasus hukum,hukum bisa di beli dengan uang yang tadinya tersangka bersalah menjadi tidak bersalah karena suap menyogok dengan uang dengan maksud meringankan bahkan menghilangakan hukuman.


Menggambarkan Model Pemimpin, Warga Negara, Tokoh Publik dan Ilmuwan yang Pancasilais

Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia dirasa kian melemah dari masa ke masa. Melemahnya ideologi ini dikarenakan beberapa pemimpin, warga negara, tokoh publik dan ilmuwan mulai kehilangan semangat ideologi ini. Karena itu, perlu ikhtiar untuk mewujudkan kembali kesaktian ideologi  Pancasila ini.

Orang-orang atau masyarakat yang menjadi entitas di Negara Kesatuan Republik Indonesia harusnya menggerakkan ideologi ini, mereka semua harusnya berjiwa Pancasilais.

Yang dimaksud orang berjiwa Pancasilais adalah orang yang mengerti benar akan hakikat Pancasila sebagai ideologi Bangsa Indonesia. Dengan berjiwa Pancasilais, seorang pemimpin akan bisa mengambil kebijakan yang tepat sesuai dengan ideologi bangsa ini. Dengan berjiwa Pancasilais, warga negara bisa hidup dengan sejahtera, aman, dan tentram. Dengan berjiwa Pancasilais, seorang tokoh publik mampu menjadi contoh seorang tokoh yang baik kepada warga negara. Dengan berjiwa pancasilais, seorang Ilmuwan akan mampu memberikan suatu penelitian yang baik bagi bangsa ini.

Para pemimpin, warga negara, tokoh publik, dan ilmuwan yang pancasilais, harus memiliki lima karakteristik sebagaimana yang terkandung didalam lima sila pancasila.

Karakteristik pertama yang harus dimiliki adalah beriman, sebagaimana yang terkandung didalam sila pertama pancasila yang menuntut setiap warga negara untuk mengakui Tuhan yang Maha Esa. Dengan memiliki karakteristik ini para pemimpin, warga negara, tokoh publik, dan ilmuwan, akan memiliki perilaku yang baik karena melibatkan tuhan dalam setiap tindakannya.

Karakteristik yang kedua adalah menjujung tinggi HAM (hak asasi manusia), sebagaimana yang terkandung didalam sila kedua pancasila yang mengajak setiap warga negara untuk menjunjung tinggi rasa kemanusian, dan bertindak adil dan beradab terhadap sesama. Pemimpin negara, warga negara, tokoh publik, dan ilmuwan, akan memiliki kesadaran tinggi atas hak dan kewajibannya masing-masing. Pemimpin harus amanah, warga negara harus mematuhi kebijakan, tokoh publik harus memberikan contoh yang baik, dan seorang ilmuwan harus membagikan penelitian atau ilmunya.

Karakteristik yang ketiga adalah memiliki rasa nasionalisme, sebagaimana yang terkandung didalam sila ketiga pancasila yang menyatakan bahwa setiap warga negara sepatutnya memiliki rasa nasionalisme. Dengan memiliki rasa nasionalisme, maka para pemimpin, warga negara, tokoh publik, dan ilmuwan akan memiliki loyalitas dan pengabdian yang tinggi terhadap bangsa dan negara.

Karakteristik yang keempat adalah menjunjung demokrasi, sebagaimana yang terkandung didalam sila keempat pancasila yang menyatakan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan. Pemimpin negara, warga negara, tokoh publik, dan ilmuwan, yang menjunjung demorasi akan memiliki rasa untuk mengutamakan kepentingan negara dibandingkan dengan kepentingan pribadinya.

Karakteristik yang kelima adalah adil, sebagaimana yang terkandung didalam sila kelima pancasila yang menekankan keadilan sosial. Dengan memiliki karakteristik adil ini, diharapkan bangsa Indonesia akan mendapatkan kesejahteraan secara lahiriah dan batiniah.


Referensi :

Komentar